Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Kiat Menghadapi Fitnah Akhir Zaman
Senin, 15 April 2019

Khutbah Jum’at: Kiat Menghadapi Fitnah Akhir Zaman ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at,  7 Sya’ban 1440 H / 11 April 2019 M.

Khutbah Pertama – Khutbah Jum’at: Kiat Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para Rasul untuk membimbing kita kepada jalanNya yang lurus. Allah memerintahkan kita untuk mengikuti jalan tersebut dan Allah melarang untuk mengikuti jalan-jalan yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman:

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٥٣﴾

dan bahwa inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am[6]: 153)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suatu ketika, kata Abdullah bin Mas’ud, membuat sebuah garis yang lurus kemudian beliau membuat garis di kanan dan kirinya, garis-garis yang kecil. Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menunjuk garis yang lurus tersebut seraya beliau membawakan ayat yang tadi.

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ

dan bahwa inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia

Kemudian Rasulullah menunjuk jalan-jalan yang ada di samping kanan dan kirinya,

وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ

jangan kamu mengikuti jalan-jalan yang lain tersebut

Lalu Allah menyebutkan mengapa kita dilarang untuk mengikuti jalan-jalan selain jalan yang lurus?

فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ

niscaya jalan-jalan tersebut akan memecah belah kalian, mencerai-beraikan kalian daripada jalanNya yang lurus tersebut.

Jalan itu tiada lain adalah jalan yang dipancangkan oleh Allah dan RasulNya. Jalan yang Allah telah wahyukan di dalam Al-Qur’an Al-Karim dan telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Inilah jalan yang dilalui oleh para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dimana mereka tidak sama sekali condong ke kanan atau ke kiri. Maka para Sahabat lah yang paling paham tentang jalan-jalan tersebut.

Kemudian estafet pun dilanjutkan oleh generasi berikutnya yang terbaik setelah para Sahabat. Yaitu para Tabi’in, kemudian setelahnya pada Tabi’ut Tabi’in. Itulah jalan yang telah Allah gariskan kepada kita saudaraku sekalian. Kewajiban kita untuk mengikuti jalan tersebut. Jalan yang senantiasa kita minta kepada Allah dalam shalat kita:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾

Berikan kami hidayah kepada jalan yang lurus,” (QS. Al-Fatihah[1]: 6)

Siapa jalan yang lurus tersebut?

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

Yaitu jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat atas mereka.

Siapa orang-orang yang diberikan nikmat tersebut? Allah menyebutkan dalam surat yang lain:

وَمَن يُطِعِ اللَّـهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَـٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّـهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَـٰئِكَ رَفِيقًا ﴿٦٩﴾

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa`[4]: 69)

Banyak ulama tafsir menafsirkan, bahwasannya yang paling tepat untuk masuk dalam para shiddiiqiin, syuhada, dan orang-orang shalih adalah para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka itulah jalan yang dilalui oleh Rasulullah dan para Sahabatnya. Yang Rasulullah pun juga memerintahkan umatnya untuk mengikutinya sebagaimana dalam hadits yang masyhur ketika Rasulullah mengabarkan umat Islam terpecah belah menjadi 73 golongan, Rasulullah mengabarkan bahwa yang satu di surga dan 72 di neraka. Ketika Rasulullah ditanya siapa yang satu tersebut, kata Rasulullah, “Al-Jama’ah” Siapa Al-Jama’ah?

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِي

“Yang aku dan para Sahabatku di atasnya.”

Perhatikanlah ya Ummatal Islam, ketika Allah menyebutkan dalam surat Al-An’am surat 153 tadi, “Inilah jalan-Ku yang lurus, ikutilah. Jangan kamu ikuti jalan-jalan yang lainnya. Niscaya jika kamu mengikuti jalan-jalan selain jalan yang lurus itu, itu akan memecah belah kalian, mencerai beraikan kalian dari jalan yang lurus.”

Ini memberikan kepada kita sebuah pemahaman yang agung, bahwa siapapun yang tidak mau mengikuti jalannya Rasulullah dan para Sahabatnya, ia pasti bercerai-berai, ia pasti berpecah-belah.

Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Berpeganglah kalian semuanya kepada tali Allah dan jangan bercerai berai.” (QS. Ali-Imran[3]: 103)

Allah menyuruh kita semuanya berpegang kepada tali Allah, sedangkan tali Allah itu Al-Quran dan hadits. Lalu Allah mengatakan, “Jangan bercerai berai.” Ini memberikan makna kepada kita bahwa orang yang tidak berpegang kepada Al-Qur’an dan hadits, ia pasti bercerai berai.

Allah juga berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّـهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿٤٦﴾

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal[8]: 146)

Allah memulai dengan ucapannya, “Taati Allah dan RasulNya.” Lalu Allah mengatakan, “Jangan berselisih.” Itu menunjukkan bahwa orang yang tidak mentaati Allah dan RasulNya pun tidak akan pernah bersatu padu. Mereka akan senantiasa berselisih dan berselisih.

Ummatal Islam,

Maka dari itulah, kewajiban kita seluruh umat Islam yang mengaku diri sebagai pengikut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menjalani jalan yang satu tersebut. Jalan Rasulullah dan para Sahabatnya. Karena itulah jalan satu-satunya keselamatan. Itulah jalan satu-satunya menuju surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka siapa yang tidak mau mengikuti jalan tersebut, jangan harap dia mendapatkan kebenaran yang hakiki.

Oleh karena itu Al-Imam Al-Barbahari berkata ketika menyebutkan tentang hakikat kebenaran, kata beliau:

اعلموا أن الإسلام هو السنة والسنة هي الإسلام، ولا يقوم أحدهما إلا بالآخر

“ketahuilah bahwa Islam adalah Sunnah (ajaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) dan Sunnah adalah Islam, masing-masing tidak dapat berdiri kecuali dengan yang lainnya”

Dan termasuk sunnah adalah berpegang kepada Al-Jama’ah. Lalu beliau berkata, “Dan dasar pondasi yang dibangun diatasnya Al-Jama’ah, mereka adalah para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, merekalah yang disebut Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Siapa yang tidak mau mengambil dari mereka para Sahabat, sungguh sungguh ia pasti tersesat dan berbuat bid’ah.”

Subhanallah..

Pernyataan dari seorang imam yang wafat pada tahun 329 Hijriyah. Dan semua Imam pun menyatakan demikian. Karena memang itulah perintah Allah dalam Al-Qur’an dan perintah RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebagaimana Imam Ath-Thahawi meriwayatkan dalam Syarh Musykil al-Atsar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada para Sahabat:

إِنَّهَا سَتَكُوْنُ فِتْنَةٌ

“Sesungguhnya akan terjadi fitnah.”

Lalu kemudian ada seorang Sahabat bertanya, “wahai Rasulullah, disaat muncul fitnah-fitnah tersebut, apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Apa kata Rasulullah?

تَرْجِعُوْنَ إِلَى أَمْرِكُمُ الْأَوَّلِ

“Kembalilah kepada urusan kalian yang pertama.”

Urusan yang pertama itu urusan yang dipegang oleh para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini nash yang sangat sharih (jelas) yang menunjukkan bahwa disaat terjadi fitnah-fitnah -dan ini kita hidup dizaman yang penuh dengan fitnah- Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Kembalilah kalian kepada urusan yang pertama.” Yaitu para Sahabat Rasulullah Shalawatullahi ‘Alaihi wa Sallam.

Inilah jalan yang lurus yang harus kita ikuti saudaraku sekalian. Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para Sahabatnya. Untuk senantiasa mengikutinya membutuhkan keilmuan yang dalam tentang jalan mereka. Maka kewajiban kita untuk menggali kitab-kitab para ulama yang menyebutkan tentang aqidah mereka, tentang ibadah mereka dengan sanad-sanad yang shahih.

Kita berusaha untuk terus menuntut ilmu dan mengkaji tentang bagaimana sunnah Rasul dan para Sahabatnya. Sehingga kita menjadi orang-orang yang tertunjuki.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah kedua – Khutbah Jum’at: Kiat Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Demikian nasihat-nasihat para ulama terdahulu untuk senantiasa kita mengikuti Rasulullah dan para Sahabatnya. Ini dia Al-Imam Syafi’i, imam yang sangat masyhur di negeri kita ini. Hampir seluruh kaum Muslimin di negeri kita menisbatkan kepada madzhab beliau, mazhab Syafi’i.

Beliau memuji para Sahabat sebagaimana disebutkan dalam riwayat Robi’ bin Sulaiman. Beliau mengatakan:

“Sungguh Allah telah memuji para Sahabat dalam Al-Qur’an dan melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka para Sahabat diatas kita dalam setiap ilmu, dalam setiap pemahaman, istimbat, istidrak, akal dan waro’.”

Lalu Imam Syafi’i berkata lagi, “Pendapat para Sahabat lebih terpuji untuk kita dan lebih layak untuk kita ikuti daripada pendapat kita sendiri.”

Subhanallah, Al-Imam Syafi’i imam yang sangat masyhur. Semua kaum Muslimin pasti mengenal Imam Syafi’i. Bahkan Imam Baihaqi berkata, “Seluruh ulama setelah Syafi’i berhutang budi kepada Imam Syafi’i.” Ini semua karena setiap ilmu-ilmu yang kita pelajari, sepatu ilmu hadits, ilmu ushul fiqih, Imam Syafi’i lah yang pertama kali mencetuskannya.

Ternyata Imam Syafi’i Rahimahullah memberikan kepada kita sebuah kaidah yang agung. Yaitu mengikuti pemahaman para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka Al-Imam Ibnul Qayyim dan para ulama menyebutkan bahwasannya dalil menurut Imam Syafi’i adalah yang pertama Al-Qur’an, yang kedua hadits yang shahih, yang ketiga ijma’ para ulama, yang keempat qiyas jali dan qiyas yang shahih, kemudian yang kelima yaitu perkataan Sahabat Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Sampai-sampai Imam Syafi’i menganggap apabila seorang Sahabat berpendapat dan tidak ada Sahabat lain yang menyelisihinya, maka itu hujjah atau dalil. Subhanallah, saking Imam Syafi’i mengagungkan para Sahabat.

Demikianlah saudaraku sekalian, inilah jalan yang harus kita lalui, inilah pemahaman yang harus kita ikuti, pemahaman para Sahabat Nabi Shalawatullahi ‘Alaihim wa Salamuh.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللهُمَّ اجْعَلنَا مِن التَّوَّابِين
اللهُمَّ اجْعَلنَا مِن المتَّقِين
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

عباد الله:

Download Khutbah Jum’at Singkat: Kiat Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau Google+ Anda. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47028-khutbah-jumat-kiat-menghadapi-fitnah-akhir-zaman/